Selasa, 20 Mei 2014

Capres Goblok

Tentu saja yang saya maksudkan tidak lain dan tidak bukan adalah Jokowi. Mungkin ada yang masih ingat dulu Jokowi saat menjabat sebagai walikota Solo pernah dikatakan goblok oleh gubernur Jawa Tengah karena tidak mengizinkan pendirian sebuah mall di kotanya. Sebuah keputusan yang melawan mainstream dan memang bisa dianggap goblok bagi banyak orang pintar diluar sana. Namun kenyataannya, beberapa bulan kemudian Jokowi bahkan menduduki posisi yang mungkin baru bisa diimpikan oleh para gubernur daerah lain.

Sesuai dengan hukum skeptis saya (hehe), kita memang patut menaruh curiga. Jokowi ini benar-benar goblok atau memang dia sudah merencanakan semuanya sedemikian rupa (justru pinter banget dong yah kalo gitu)? Kita tahu bahwa banyak yang memprediksikan bahwa Jokowi memang sudah mengincar kursi presiden sejak awal, apalagi melihat caranya membagi-bagikan buku gratis. Dan kecurigaan saya pun akhirnya bertambah ketika Jokowi lantas menerima saja saat didaulat menjadi capres padahal baru setahun jadi gubernur. Ah.. tepok jidat!

Hukum sebab akibat, berbagai teori pun akhirnya bermunculan menyebut capres boneka, antek asing, kafir yang saya anggap wajar saja terjadi dalam kondisi seperti ini. Statement Jokowi yang mengatakan tidak akan ada bagi-bagi jatah menteri pun masih belum bisa menghapus kecurigaan saya pada tujuan Jokowi dibelakang semua ini. Goblok atau pintar sih sebenarnya capres ini? Saya masih tanda tanya.

Hingga sampai pada pagi kemarin saat saya sontak kaget mendengar Jokowi meminang JK sebagai cawapres. Ini benar-benar keputusan luar biasa yang saya pikir tidak mungkin terjadi. Yang pengamat politik pun mengibaratkannya sebagai matahari kembar yang akan berakibat fatal jika dua-duanya saling ingin mendominasi. Belum lagi faktor JK yang bukan dari partai koalisi, belum lagi dua-duanya adalah sipil, belum lagi nama dua-duanya berawalan J (loh?). Keputusan ini adalah keputusan luar biasa yang saking luar biasanya bisa saya katakan goblok. Dan saya yakin tidak akan dilakukan oleh capres lain.

Sama seperti anda, saya pun masih bertanya pintar atau goblokkah capres kita yang satu ini? Dengan pertaruhan besar yang telah ia lakukan, jika pertaruhannya gagal maka ia akan ditinggalkan sendiri oleh partai dan jutaan rakyat yang telah terbuai euforia berharap jauh tinggi kepadanya (tahu kan hukum fisika semakin tinggi harapan maka jatuhnya - kecewanya - semakin sakit) dan namanya pun akan menjadi guyonan dalam sejarah. Namun sebaliknya jika berhasil, namanya pun dipastikan akan menjadi legenda.

Dan pada akhirnya jika goblok itu diartikan tetap berpikir sederhana, tak punya banyak pertimbangan politik, dan ikhlas bekerja untuk rakyatnya tanpa beban lain, ya.. saya butuh capres “goblok” seperti ini apapun warnanya, dan tidak perlu pintar seperti kebanyakan yang lain.

Selamat berjuang buat Jokowi-JK. Meskipun pada awalnya saya berharap untuk 2019 saja, tapi melihat kemungkinannya saya berdoa saja agar keduanya bisa amanah dalam bekerja. Dan semoga pakde Jokowi adalah benar "goblok" adanya daripada harus mengikuti kata mereka. You both are belong to the society (ummah)..

NB: ini hanya argumen pribadi penulis yang tidak mewakili organisasi atau lembaga apapun. Anda tidak diharuskan setuju ataupun tidak setuju pada tulisan ini. Tetap skeptis lebih bagus karena itu bisa menjaga nilai objektifitas anda sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar