Sabtu, 26 April 2014

A Lost Note

Ini adalah note yang dahulu pernah saya tulis di facebook, namun saya hapus ketika saya mulai meng-add friend rekan-rekan kerja saya. Kini setelah saya pindah kerja, saya tak punya beban lagi untuk menuliskannya kembali.. hehehe..



***

Sampai saat ini saya masih belum menemukan pentingnya menceritakan diri sendiri pada orang lain (istri adalah pengecualian). Terutama ketika beberapa bulan yang lalu saya berada diantara orang-orang yang berusaha mengenal seseorang hanya untuk mengukur sejauh mana dia harus menghormati orang tersebut. Tapi jika saya tidak menuliskannya, mungkin akan terlupakan begitu saja seperti banyak hal lain yang telah saya lupakan. Padahal ada banyak hal di masa lalu yang harus saya ingat untuk lebih bersyukur hari ini.

INGATKAN SAYA 

Saya masih ingat saat pertama kali memberanikan diri untuk mengajar di sebuah lembaga kursus komputer di Palembang.

Saat itu saya berusaha untuk bisa menghidupi rumah tangga yang baru saja saya bangun. Alhamdulillah, saat itu berbekal dengan kemampuan otodidak yang minim (namun saat itu jarang digunakan), saya berhasil menggugah hati para penguji dengan materi Corel Draw yang saya bawakan. Harus saya ucapkan special thanks untuk Pak Syachbana dan Pak Fikri yang memberi saya jalan untuk pekerjaan perdana saya. Sambil menyelam minum air, mengajar di lembaga komputer itu juga saya maksudkan untuk mendapatkan sertifikasi komputer yang tidak pernah saya dapatkan selama hidup saya. Tidak punya sertifikasi belajar komputer, setidaknya saya berharap punya sertifikasi mengajar komputer, pikir saya.

Tiga bulan pertama menjadi asisten pengajar ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan. Saat itu sama sekali tidak ada gaji ataupun sekedar ongkos pulang pergi. Tapi saya tak punya jalan lain, hanya mencoba terus bertahan dan berharap bahwa esok akan lebih baik. Masuk triwulan ajaran berikutnya, akhirnya saya mendapatkan satu kelas materi Photoshop untuk saya ajarkan. Itu memang saat-saat yang membahagiakan, namun setelah dihitung ulang, apa yang saya dapatkan ternyata masih jauh untuk memenuhi kebutuhan minimum kami. Sempat putus asa, dan berpikir ingin kembali saja. Dan memang dari sebelumnya sudah saya tetapkan, jika saya tidak berhasil, saya akan pulang ke Bandung, dan istri pulang ke Bukittinggi, hingga Allah mempertemukan kami kembali.

PERTEMUKANLAH KAMI 

Dan pertolongan Allah itu sangat dekat, saat dirundung dilema tersebut, situasi menempatkan saya untuk berkenalan dengan dua orang kepala program studi dari lembaga perguruan tinggi dibawah manajemen yang sama. Alhamdulillah saat itu saya sudah memegang ijazah S1, dan mereka pun mengajak saya bergabung dengan mereka karena saat itu mereka pun masih kekurangan tenaga pengajar. Lamaran pun dialamatkan, dan segera saya pun mendapatkan panggilan karena waktu sudah dekat dengan tahun ajaran baru. Saat itu saya ditawarkan untuk langsung mengajar Photoshop dan Flash. Flash? Memegang aplikasinya saja belum pernah, lha ini sudah mau mengajar mahasiswa? Haha.. semua hanya berbekal nekat dan dorongan tinggi untuk belajar.. Saya katakan, sanggup!

Grogi adalah kesan pertama saya saat menghadapi kelas berisi 20+ mahasiswa tersebut. Bagaimana tidak, saya sendiri rasanya baru kemarin bisa melepaskan diri dari gelar mahasiswa (dengan susah payah pula), tapi kini saya harus berhadapan dengan mahasiswa? Namun apapun alasannya, saya tidak punya cara lain..

Dan alhamdulillah untuk dua tahun berikutnya dari sanalah jalan rezeki itu datang, saat saya hanya mendapatkan satu atau dua kelas dari lembaga kursus, saya bahkan mendapatkan tak kurang dari delapan kelas untuk tiap semesternya dari lembaga perguruan tinggi tersebut. Dari sanalah saya mampu bertahan..

Di semester pertama saya mengajar, saya mendapatkan materi Flash hanya sebatas pembuatan animasi/web dinamis. Setelah mendorong diri untuk belajar secepat mungkin, akhirnya saya pun berhasil melaluinya hingga selesai ujian semesteran. Di semester kedua, saya mendapatkan tantangan baru untuk mengajarkan Flash lebih jauh ke bahasa pemrograman ActionScript, dorongan tinggi untuk terus belajar pun membuat saya memaksa diri, dan alhamdulillah mampu kulalui juga. Hingga di semester ketiga, saya mendorong diri saya untuk bisa mengajarkan materi Flash yang dikolaborasikan dengan bahasa pemrograman PHP dan juga sedikit dasar database mySQL.

Bisa dikatakan pada semester ketiga saya mengajar tersebut merupakan titik awal saya mulai melebarkan hobi saya lebih jauh ke pemrograman setelah sebelumnya hanya berkutat dengan desain. Pada dasarnya saya menyukai programming, setidaknya itulah yang saya rasakan saat ada mata kuliah berbasis komputer saat kuliah dulu. Walau saat itu saya hanya bisa menggunakan komputer rental, dan bahasa pemrogramannya cuma menggunakan Fortran, tapi saya tertarik dengan logika pemrograman seperti itu. Hingga akhirnya, saya pun memilih bahasa pemrograman SciLab untuk bahan skripsi saya. Tapi saat itu memang hanya sebatas itu, saya tidak pernah menyentuh area pemrograman lain seperti database ataupun OOP. Dan semua itu dorongannya bermula dari semester ketiga saya mengajar ini.

Saya bahkan masih ingat saat pertama kali mengajar di semester tiga tersebut saya berhari-hari sibuk bergadang meninggalkan istri saya yang sudah terlelap, berusaha untuk mempelajari PHP dan begitu pula database. Dari konsep dasar hingga sintak-sintak pemrogramannya. Walau pada akhirnya yang saya ketahui hanya penggunaan umumnya saja, tapi itu sudah cukup untuk dijadikan bahan ajar kepada mahasiswa. Yang paling penting adalah, saat mahasiswa bertanya, setidaknya saya tahu apa yang harus dijawab. Mungkin benar kata pepatah, guru hanya lebih pintar semalam dari muridnya. Dan coba saja bayangkan, beberapa dari mahasiswa yang saya ajarkan pada awal mengajar beberapa diantaranya adalah instruktur pengajar dari lembaga kursus yang sudah lebih senior dibandingkan saya. Belum lagi mereka semua lulusan dari lembaga kursus tersebut. Apapun pertanyaan dari mereka harus bisa saya antisipasi.

Tidak berhenti sampai disitu, tuntutan bahan ajar juga memaksa saya berkenalan dengan XML untuk diintegrasikan dengan Flash, PHP dan mySQL. Saat itulah pertama kalinya dalam sejarah hidup saya mempelajari Object Oriented Programming (OOP) dengan DOM (Document Object Model). Pada saat pertama kali menggunakannya sih saya sama sekali tidak tahu apa itu OOP, cuma tau cara pakainya saja. Artikel XML-PHP pun juga saya dapatkan dari majalah InfoLINUX yang saat itu merupakan majalah langganan saya (hanya jika ada keuangan memadai :D). Dan pembelajaran pun berlanjut. Setelah mengetahui bagaimana manipulasi file XML menggunakan PHP, akhirnya saya pun sempat bereksperimen untuk membuat file uploader pekerjaan mahasiswa ke ftp dosen. Hal ini menjadi ide karena saya benar-benar tidak suka sistem file sharing yang membuat beberapa oknum mahasiswa kerap membajak pekerjaan mahasiswa lainnya, kemudian dikumpulkan atas namanya sendiri. Pengembangan file uploader itu sendiri sudah menghabiskan waktu dua semester terakhir saya mengajar di lembaga tersebut. Walau hasilnya hanya sederhana, tapi saya cukup puas karena saya akhirnya berkenalan dengan Cascading Style Sheet (CSS) dan di versi terakhirnya saya belajar untuk membuat class saya sendiri. Gambaran kasar tentang OOP pun saya dapatkan. Juga yang membuat saya senang adalah ikut antusiasnya salah seorang instruktur untuk menggunakan file uploader tersebut serta memberi masukan-masukan berharga untuk saya terus memperbaikinya. Dan kabarnya saat ini sudah beberapa orang ikut menggunakannya juga. Tidak ada yang lebih menyenangkan selain membuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Tanpa segan saya pun melabelkannya sebagai Free and Open Source Software (FOSS) :D.. padahal terlalu simpel buat dikatakan software.. hehe..

MATA RANTAI

Bagai mata rantai.. atau apa ya enaknya buat dijadikan pepatah? Tapi semua yang terjadi memang terus terkait.. Saat saya melamar ke perusahaan tempat saya bekerja sekarang, saya masih tidak memahami peran yang akan saya jalani di perusahaan tersebut. Apakah itu harus berkutat dengan jaringan, komputer yang rusak atau bagaimana? Karena posisi yang saya tujukan sebelumnya tertulis IT HARDWARE/PROGRAMMER. Ini cukup menjadi masalah, saya memang bisa memperbaiki komputer (hanya kerusakan umum pula), tapi saya sama sekali buta dengan jaringan! Tapi Allah-lah yang menentukan semuanya dan semua telah digariskan. Siapa sangka bahwa para petinggi yang mewawancarai saya saat itu adalah mereka dari bagian software.. SOFTWARE! Programmer..

Dengan jumlah peserta hanya tiga orang dan hanya saya sendiri yang lulusan sarjana teknik, mulanya sempat terpikir jika peluang saya sangat kecil. Apalagi salah satu peserta adalah lulusan malaysia dan satunya lagi lulusan universitas ternama. Tapi saya sudah bertekad untuk tidak mundur selama perjuangan masih ada jalan. Dan mendapat kesempatan wawancara pertama? Yap.. saya masih ingat kejadian itu sama sekali tak menggentarkan hatiku. Tak peduli bahwa malam sebelumnya saya masih berada diatas bis dan tidur tak nyenyak, tak peduli bahwa malam itu bis sempat ganti ban karena bocor ditengah hutan di gelap malam dan nyaris membuatku terlambat, dan tak peduli bahwa pagi itu saya bahkan belum sempat mandi karena sudah tidak punya waktu lagi.. (haha.. serius loh.. cuma numpang ganti baju aja ke toilet). Yang kupikir saat itu adalah bahwa saya sudah berjalan sejauh ini, dan tak ada waktu untuk mundur sedikit saja. Apalagi cuma untuk mengulur waktu beberapa menit saja dengan membiarkan peserta lain mengambil kesempatan saya. Yang pasti saat nama saya dipanggil sebagai kontestan pertama, saya pun melangkah dengan sigap dan berujar dalam hati (Okay, I’m ready!)…

WAS I ?

Saat wawancara, saatnya show up! Tapi apa yang terjadi? File uploader yang ingin saya tunjukkan bahkan tidak bisa dibuka karena mereka tidak menggunakan php, tapi asp.net. Dan saat saya ingin membuka file word-nya, ternyata di komputer tempat saya wawancara tidak diinstall word 2007. Dan contoh-contoh flash yang saya bawa sama sekali gak ada artinya karena tidak ada yang bisa dibuka.. Hwalah, like a stupid, installer flash player juga lupa saya sertakan di flash disk. Akhirnya tak kehabisan akal, saya cuma bisa menjelaskan sedikit isi dari file uploader dari potongan-potongan gambar jpeg yang masih bisa dibuka. Tanggapan mereka?.. “Masih sangat sederhana, ya..” hahahaha…

Dan pada akhirnya entah bagaimana, saya sendiri bahkan takjub. Saya pun gak tau apa yang telah saya lakukan sehingga mereka yakin untuk merekrut saya. Dari ketiga orang yang diwawancara pun ternyata hanya saya sendiri yang direkrut.. what can I say but Alhamdulillah..

Konfirmasi itu datang setelah dua minggu saya kembali ke Palembang (kalo gak salah), saat itu saya mendapat telepon dari Kepala Departemen sebelum mendapat panggilan resmi dari HR perusahaan. Ia saat itu menjanjikan salary diatas ekspektasi saya, tapi dengan syarat bahwa jika dalam waktu dua bulan saya tidak mampu menguasai VB.NET-ASP.NET, maka kontrak pun akan diputus langsung tak peduli perjanjian kontrak tertulis satu tahun. Tak punya alasan untuk mundur, saya pun menyanggupi.

ASP.NET atau VB.NET

Karena basic yang saya perlihatkan pada mereka pada saat wawancara adalah perihal desain dan sedikit pemrograman web, maka dari pertama saya mengira bahwa yang diminta dipelajari oleh Kepala Departemen saat itu adalah ASP.NET menggunakan VB.NET. Setidaknya itulah yang ada di benakku sampai hari pertama training internal IT dengan Kepala Seksi. Setelah dijelaskan oleh beliau, ternyata beliau tidak butuh saya mempelajari ASP.NET (seksi kami jarang menggunakan aplikasi web) melainkan fokus pada VB.NET dan pemrograman database SQL Server. Weks! Padahal sebelumnya dari Palembang sudah beli buku ASP.NET 3.0, dan download banyak materi pemrograman tersebut. Tapi ternyata saya salah mengira.. Dan alhasil pembelajaran VB.NET sesungguhnya baru saya mulai ketika sudah duduk di depan meja kerja. Sungguh sia-sia beberapa minggu yang lalu.. hiks..

Dan belajar.. belajar.. belajar.. mungkin akan lebih mudah jika dilakukan lebih daripada sekedar membaca buku. Tapi satu-satunya komputer yang saya miliki sudah saya jual sebelum berangkat dari Palembang. Dan rencana untuk mengambil kredit laptop sebelumnya ditolak oleh surveyor karena slip gaji belum ada. Akhirnya saat itu saya sempat meminjam laptop abang selama satu bulan lebih, dan menghabiskan banyak malam didepan laptop tersebut demi mempelajari apa itu yang namanya VB.NET.

Saya kira mudah, rupanya banyak fundamental yang berbeda dari apa yang pernah saya lakukan sebelumnya. Dulu bikin skrip menggunakan php hanya berkutat menggunakan baris-baris skrip. Bahkan pertama kali bikin php cuma pakai notepad. Skrip seperti itu dibaca linear dari atas ke bawah, dan setiap baris skrip bisa dibaca maksudnya.

Tapi VB.NET? Bagi saya yang baru pertama kali menggunakan IDE, semuanya terasa asing. Dari drag-n-drop control, compiling dan bahasa pemrograman yang keseluruhannya merupakan OOP… OOP! Hal yang baru saja saya sentuh saat belajar DOM dan belum pernah saya pelajari lebih lanjut. Belum lagi class-class yang digunakan untuk integrasi dengan database. Harus dihapal semua.. dan pada awalnya saya memang kewalahan.. Teman satu angkatan memang ada yang sudah piawai dengan VB.NET, tapi ia belum pernah menyentuh database. Dan tanya jawab pun hanya terbatas sampai disitu. Dan saat saya diberikan materi pemrograman database dalam bentuk pdf oleh Kepala Seksi, dari sana saya menyadari bahwa saya masih berada sangat jauh. Run faster!

Soal tes diberikan setelah satu minggu saya menjalani training internal IT, dan setiap minggu saya harus menunjukkan progress saya di depan Kepala Departemen dan Kepala Seksi
Laporan pertama :
sangat jelek, banyak kekurangan, masih ada bug pula
Laporan kedua : 
masih jelek, logika gak bagus dan desain database gak sesuai. “Jauh dari yang saya harapkan”
Laporan entah yang keberapa :
“Dia kayaknya sama sekali gak ngerti konsep closing”
“Pernah dengar namanya normalisasi database?”
Dan terakhir kalinya saya melapor setelah lewat dua bulan : (frustasi) akhirnya setelah berbagai macam kekurangan dilontarkan, di bagian akhir saya berkata “Sesuai janji saya, dalam dua bulan jika ternyata apa yang saya miliki masih jauh dari yang diharapkan, ya gak apa-apa.. (diputus kontrak)”………… Saat itu masih ingat betapa gondoknya saya mengatakan hal itu karena menahan sedih.. saya tidak tahu apakah saya telah memerahkan mata saya waktu itu.. Tapi apa boleh buat, saya memang sudah mengatakannya pada istri saya semalam sebelumnya “Ikhlaskan dirimu..”

Dan itu adalah terakhir kalinya saya melaporkan progress saya.. beberapa minggu tidak ada tanggapan, mereka hanya berlalu lalang, bertanya pun tak ada. Dan saya pun tidak mencari cara untuk mulai bertanya (emang mau nanya apaan? Kapan saya bakal dipecat?). Waktu yang saya punya masih terus saya gunakan untuk mempelajari materi. Bagi saya, kalaupun saya dipecat tidak ada ruginya untuk belajar hal tersebut. Mungkin perusahaan lain setelah ini bisa menerima saya.

Sampai suatu ketika saya diajak meeting oleh Kepala Seksi, diperkenalkannya saya dengan satu sistem yang pernah dibuat oleh karyawan yang menempati posisi saya sebelumnya, dan ditunjukkannya hal-hal yang perlu ditambahkan pada sistem tersebut sesuai permintaan user. Ini tugas baru! Tugas sesungguhnya! Setitik cahaya seakan kulihat saat itu, dan tak akan kusia-siakan lagi. Beberapa hari kemudian, meeting dengan user di lapangan pun dilakukan, dan saya cermati setiap permintaan mereka dengan baik, jangan sampai ada yang terlewatkan.

Dan itulah tugas perdana saya. Mungkin Kepala Seksi menangkap maksud saya saat saya pernah berkata “saya masih harus banyak belajar dari contoh”. Dan dengan kuasa Allah, tugas yang pertama saya tangani pun hanyalah modifikasi skrip dari yang sudah dibuat sebelumnya. Dengan demikian dari situ saya bisa banyak belajar bagaimana cara si pembuat aplikasi tersebut membangun skripnya, dan hingga kini saya masih menggunakan gaya yang sama untuk setiap form aplikasi yang saya buat. Begitu pula dengan pemrograman database-nya, yang dari contoh itu pun saya mempelajari penggunaan Stored Procedure dan masih menggunakannya hingga saat ini. Alhamdulillah, sampai pada akhirnya dengan bangga saya informasikan kepada Kepala Seksi, bahwa semua tugas telah selesai. “Good Job”

IS THE TENSE HAS OVER YET?

Nope.. sama sekali belum! Semuanya masih terasa baru, dan masih membuatku gugup setiap kali mengklik sesuatu, takut salah langkah. Begitu pula untuk SQL Server yang baru pertama kali saya sentuh. Ada untungnya menangani sistem yang dibangun orang lain sehingga saya bisa belajar cara pemrogramannya, tapi permasalahannya ada pada 20000+ baris data yang diinput sejak tahun 2008 dan harus saya jaga agar tidak ada yang berubah isinya. Tapi kecerobohan apa yang saya lakukan? Bukan hanya merubah isinya, tapi saya malah menghapus seluruh datanya.. hahaha..

Di phpmyadmin (satu-satunya manajemen database yang saya ketahui saat itu), semuanya adalah berbasis teks dan harus logout dari satu server untuk mengakses database di server lain. Tapi ini SQL Server, dimana server berbeda bisa dibuka bersamaan pada window dan treeview yang sama semudah windows explorer. Siapa yang menyadari bahwa saat itu saya sedang aktif di server produksi dan tanpa rasa bersalah mengetikkan “delete ”. Dan wush, operasi yang hanya berjalan beberapa detik itu selesai sesaat sebelum saya sempat menyadarinya. Rasanya darah naik semua ke kepala, mungkin wajah saya sudah pucat pasi saat itu, dan ini sama sekali bukan dramatisasi. Saya belum pernah merasa gugup seperti itu dalam hidup saya. Seandainya saya bawa hape kamera saat itu, saya ingin melihat sendiri bagaimana wujud saya. 

Tapi ini sudah terjadi! Dan tidak bisa di rollback. Berkali-kali saya membuka tabel tersebut berharap saya hanya salah lihat. Tapi tidak ada, data itu tidak ada disana, hanya ada layar putih.. “Ya Allah”... Melapor ke Kepala Seksi atau yang megang server tentu akan langsung mencoreng nama, atau mungkin langsung didepak. Saat user menelpon melaporkan ada masalah dengan sistemnya, saya menjawab “Oo begitu ya, sebentar ya pak, saya periksa” (padahal saya sendirilah pembuat masalahnya). 

Gugup, berkali-kali keluar masuk kamar mandi. Bahkan sempat berpikir untuk kabur saja dan tidak pernah kembali lagi. Paling nanti mereka pecat dengan sendirinya, tapi bagaimana jika mereka menuntut? Akhirnya saya kembali ke tempat duduk saya, menampik rasa gugup saya, dan memutar semua otak yang saya punya (emang punya berapa ya?), melihat semua kesempatan yang mungkin bisa saya gunakan untuk mengembalikan data. Ada sedikit titik terang. Tradisi dari pemrograman ditempat ini adalah selalu membuat satu tabel pendamping dari tabel utama yang berisi log perubahan data dari tabel utamanya. Bedanya, disitu ditambahkan tiga kolom lagi untuk informasi siapa yang mengubah, kapan diubah, dan keterangan perubahan. Tabel tersebut saat itu berisi 200+ ribu baris data (dan saya berharap semoga tidak menghilangkannya juga). Permasalahannya adalah tabel tersebut tidak memiliki primary key, dan saya harus menemukan cara memisahkannya dari tiga kolom terakhir, padahal saat itu syntax sql yang saya ketahui pun masih minim. Takut terjadi kesalahan yang sama, saya melakukan testing di server development dan mencoba berbagai macam cara. Akhirnya saya menemukan cara untuk melakukannya dengan perantaraan aplikasi vb. Jadi data diambil dari sql server, ditarik ke vb.net, kemudian dicari last update untuk setiap data, baru bisa dimasukkan ke tabel yang baru satu-satu. Di development saya mendapati proses berlangsung tak kurang dari 10 menit menunggu (padahal ngapusnya gak sampai satu detik). 

Sampai tiba waktu break jam 11.00 saya masih belum siap menerapkannya di server produksi. Saya masih takut mengulangi kecerobohan yang sama. Tapi saya pulang, dan berusaha untuk merileks-kan diri untuk bisa tidur (tapi saya gak ingat waktu itu bisa tidur atau gak). Yang saya ingat selama perjalanan balik ke kantor mulutku tak lepas dari doa untuk meminta pertolongan dan memohon ampun kepada Allah. Dan saya rasa saya tak bisa lari lagi, ini harus saya hadapi! 

Sekembali ke kantor saya langsung kembali ke permasalahan, dan mengujinya berulang kali di server development. Saat itu saya tidak punya waktu untuk mengecek kembali data-datanya, apakah sudah benar data yang saya susun ulang tersebut ataukah tidak. Saya hanya berharap bahwa logika yang saya terapkan sudah benar adanya. Setelah saya rasa siap, saya coba langsung ke server produksi. Dan waktu 15 menit itu mungkin adalah salah satu waktu terpanjang dalam hidupku. Tak berani menggerakkan mouse, dan terus berharap agar komputer tidak hang. Dan akhirnya message box itupun muncul bertuliskan “Success”... Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.. 

Rasanya ingin berurai air mata, dan secepatnya ingin bertemu dengan istri untuk mengajaknya mengucap hamdalah juga. Cek sistem sedikit apakah sudah bisa berjalan tanpa warning, dan segera saya telpon user mengatakan bahwa sistem sudah kembali seperti semula. Dan sampai saat ini, tidak ada satu pun yang menyadari apa yang telah terjadi saat itu (mungkin), baik itu Kepala Seksi ataupun user di lapangan. Setelah beberapa lama berjalan, saya yakin bahwa data yang saya kembalikan itu sudah merupakan data yang sebenarnya, karena belum ada komplain dari user tentang kelainan data (dan semoga tidak ada). Dan itu adalah saat yang paling mengharukan bagi saya. 

Dan setelah 9 bulan saya berada disini, alhamdulillah saya bisa lebih banyak mendalami syntax-syntax yang saya butuhkan. Menemukan bahwa mengembalikan data seperti yang saya lakukan sebelumnya tidak perlu menggunakan vb.net, cukup dari SQL Server nya saja (ada syntax namanya distinct). Saya memang pernah melakukan kesalahan, tapi saya berusaha untuk memperbaikinya dan terus belajar agar kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Setidaknya itulah nilai yang bisa saya jual untuk perusahaan ini. Dua buah sistem yang benar-benar dikerjakan dari nol oleh saya sendiri pun sudah dipublish sejak Juni lalu. Di setiap hal yang baru, memang selalu ada penyesuaian, tapi alhamdulillah saya mampu melewatinya, setidaknya hingga saat ini. Memang masih banyak hal lain yang belum saya sentuh disini karena sejauh ini memang belum masuk ke area kerja saya, tapi saya pun menunggu untuk tiba saat pertama kalinya. 

Dan jika saya kembali ke ingatan saya saat menulis bagian awal tulisan ini, sudah cukup banyak hal yang saya pelajari tentang komputer. Dari saya yang asal mulanya hanya punya skill di Corel Draw, hingga kini saya yang berstatus sebagai seorang programmer (sekalipun ada kawan yang bertanya “programmer masa gak punya laptop? Gak mungkinlah”). 

Jika saya saat itu tidak mengajar di lembaga kursus, belum tentu saya mendapat kesempatan mengajar di lembaga perguruan tingginya. Jika saya tidak mengajar tentang Flash di semester pertama, tentu saya tidak bisa mengajar ActionScript di semester berikutnya. Dan jika saya tidak mengajar ActionScript, tentu saya pun tidak mengajar Flash dengan PHP, database, XML dan juga DOM pada semester berikutnya. Dan jika semua itu tidak pernah saya jalani, tentu saya tidak akan pernah membuat file uploader yang saya tunjukkan saat wawancara, dan saya tidak yakin bisa menempati posisi saya saat ini. Di setiap tahap memang ada kesulitan masing-masing jika saja kita tidak sabar untuk menunggu. Kalau mengingat pesan di film The Terminal kurang lebih isinya: “Everybody is waiting”. 

Kata istri saya di status facebook-nya, sebuah pencapaian walaupun kecil, hendaklah kita bersyukur. Dan begitu pula dengan apa yang kualami. Saya memang tidak secanggih itu, tidak sehebat itu pula setelah semuanya. Saya hanya memiliki gak lebih dari 5% apa yang dimiliki oleh orang-orang IT atau penggila gadget diluar sana. Gadget yang saya punya saja hanya ponsel (eh ponsel masuk gadget gak ya?). Tapi disini saya hanya berusaha menepis keterbatasan, dan mencoba menjalani apa yang saya yakini. Yang saya tahu, hanya sedikit manusia di dunia ini yang bisa bekerja sesuai dengan apa yang dia inginkan. 

Namun dibalik semua itu, ada beberapa orang yang benar-benar tidak bisa menghargai apa yang telah saya lakukan, dan selalu menanti saat kejatuhan saya untuk bisa berkata “itulah jalan yang kamu pilih”. Saya tidak menyalahkan mereka, karena yang saya capai memang bukanlah apa-apa. Tapi cukuplah bagiku untuk bersyukur dengan Alhamdulillah. 

IS THE STORY HAS OVER YET? 

Nope, tentu saja belum.. saya masih menjalaninya.. tapi baru itulah yang bisa saya tuliskan. 

Perawang, 9 Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar