Selasa, 30 Januari 2018

Sceptic Tank

So why am I so sceptic?

Saya ingat saat itu tahun 2004 waktu masih menjadi mahasiswa di suatu pelosok di dimensi lain bernama Inderalaya. Saat itu  adalah masa pertarungan pilpres yang baru saja memasuki babak pertama which I don't care it much. Hari itu sebenarnya adalah  hari saya pada umumnya hingga saat saya melintasi samping masjid Al Hijrah saya menemukan kertas berserakan di tanah yang iseng saya baca. 





Ternyata isinya layaknya memorandum untuk kalangan internal umat kristen untuk memilih calon pemimpin  tertentu katakanlah inisialnya SBY. Jadi di awal paragrafnya disebutkan alasan penguat bahwa saat itu umat muslim sedang mengerahkan suara mereka pada salah satu calon, katakanlah inisialnya AR oleh karena itu mereka harus lebih kuat lagi pada  calon yang mereka dukung. Membaca tulisan tsb cukup membuat saya shock. Maksud saya, siapa yang tidak merasa terbakar saat  mengetahui bahwa ini adalah masalah agama - yang lebih prinsipil dari hidup dan mati. Dan selanjutnya lebih shock lagi  ketika mengetahui AR tidak lolos putaran pertama, dan selanjutnya tambah shock lagi setelah putaran dua presiden yang terpilih justru yang didukung oleh (saya pikir) kalangan kristen tadi. Saya was was dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Akankah  kiamat langsung terjadi? (lebay mode:on).. tsunami sih iya..

Tapi setelah dua periode menjabat terlebih lagi sampai saat ini, toh ternyata fine fine aja gak ada yang aneh kan ya? Saya sendiri hampir gak ingat momen 2004 tadi sampai kemarin. Ekonomi mantap tumbuh tinggi dengan booming harga komoditas batubara. Pengurus partai dan menteri banyak terlibat korupsi ya biasalah. Rumah hantu di hambalang ya gak bencana amat. Suramadu digarap oleh tiongkok gak ada yang protes. Istilah tiongkok pun diundangkan untuk menghindari stigma negatif juga gak ada ribut-ribut amat. Lalu ada satu dua pulau berpindah tangan ke negara lain pun rasanya gak ada yang mempermasalahkan sampai saat ini. Dan yang paling penting nih, 14 tahun setelahnya rasanya banyak yang gak meragukan keislaman SBY sebagai pemimpin - sekalipun ibu negara kita pernah bernama Kristiani.. hehehe


Jadi melihat apa yang terjadi saat ini, saya pikir ada saja pihak yang memanfaatkan isu agama untuk kepentingan politik musiman mereka semata. Sasarannya? ya orang-orang awam politik namun sensitif pada agama. Dan saat ini lebih masif lagi dengan adanya medsos ditambah penguasa yang emang physically obviously gak tampak seperti pemimpin tangguh (jadi emang ngelihatnya aja udah gak suka :D). Sebenarnya ya biasa aja jika warga suka atau tidak suka pada penguasa, pro dan kontra itu biasa. Tapi jika itu sampai mematikan objektifitas dengan mengatasnamakan agama, ya saya sendiri bisa melihat kembali apa yang terjadi di 2004. Ada orang yang bertanya kenapa saya menghabiskan waktu saya untuk membahas politik ketimbang agama. Ya kira-kira untuk mawas soal ini alasannya. Dan saya adalah orang yang yakin bahwa agama (tepatnya tiga agama samawi) selalu berkisah tentang orang yang berkuasa alias berpolitik.



 

2 komentar:

  1. jadi sebenarnya kurang sependapat dengan memisahkan politik dengan agama dan mengistilahkan memanfaatkan agama untuk kepentingan politik..

    kalau dilihat dari runut pandangan lama dapat terlihat begitu jelas, isu politik dengan agama bersandingan juga sudah lama..makanya dari era nya presiden pertama sudah ada beberapa partai dengan basis massa kaum muslimin, dan secara tegas mengatasnamakan akan mewakili suara pemeluk islam

    nah yang terjadi dengan korupsi dan kolusi serta nepotisme juga sudah sejak beberapa lamanya...

    terdapat beberapa analogi
    jika yang disuguhkan menu sama untuk hidangan, dengan rentang waktu lumayan..dapat saja terjadi 'eh saya sudah bosan menu ini, maunya yang lain lain saja'

    ada juga 'saya biasa saja, tidak pilah pilih menu'

    bahkan ada yang 'wah saya malah selalu berusaha mencari menu itu, karena favorit dan kesukaan setelah sekian lama'

    .....
    untuk agama dan politik ini; dengan jelas sekali semestinya untuk kalangan umat islam, baik itu politik, ekonomi, sosial, budaya, dan semua bidang kehidupan balik lagi berhubungan semua dengan islam....baik itu ada yang memanfaatkan kah atau tidak kah...urusannya ya islam, mau politik, jika islam ya dilihat dengan islam itu sendiri contoh terdahulunya bagaimana urusan politik ini
    kalo tidak salah ada nama muamalah (hubungan manusia dengan manusia) dan tata cara memilih pemimpin pun dicontohkan bagaimana melihatnya untuk memilih (memilih bukan dalam artian tidak memilih itu adalah pilihan; ada 2 calon dipilih yang mana menurut kriteria pemilihannya dalam islam)...

    jadi, akan sulit jika memandang; wah agama dibawa bawa untuk dimanfaatkan demi kepentingan politik individu atau partai tertentu (karena inilah yang menjadi titik tolak)

    kalo,,seandainya kalo tidak dengan agama islam,,,terus apakah yang dijadikan tolak ukur dan rambu sekaligus pedoman? bisa jadi rem blonk dong...dengan ada itu saja masih bisa dimanfaatkan alias dikatakanlah demi kepentingan tertentu segelintir kelompok/individu, nah jika di blonk rem nya kendaraan jalan tidak bisa dikontrol alias lebih parah lagi melaju bebas sekehendak pandangan manusia per masing-masing individu saja (yang dengan 2 juta saja sudah dua juta pandangan beda, apalagi sampe ratusan)

    sehingga dapat juga diartikan agama ini juga menjadi lem perekat pemersatu bukan terus saja diartikan pemecah belah terus menerus

    karena negara dengan mayoritas islam jika direkatkan dengan islam ya (bukan untuk perpecahan)...yang minoritas ya ikut juga merekat, mau tidak mau

    objektifitas individu sebatas manakah? jika dalam kadar tingkat saja...ada intelektual, emosional, spiritual yang seharusnya menyatu dengan spiritual sebagai pondasi..maka percuma saja jika hanya objektifitas intelektual dan emosional digunakan sementara gak usahlah pake pake spiritual karena ada unsur pemanfaatan nanti

    politik dibawahnya agama bukan agama dibawahnya politik
    yang seharusnya bagi umat islam agama diatas unsur lain dari kehidupan, karena dengan agama islam semua dijelaskan dan diberi rambu...serta juga islam sendiri mengandung arti keselamatan dan mengandung unsur berserah diri padaNya (dalam agama islam), dengan semua kehidupan (politik,ekonomi,sosial,budaya,dan lainnya)

    salah besar jika umat islam itu memandang politik terlepas dari agama atau mandiri tidak perlu bawa bawa tentang agama
    jika umat diluar agama islam saja memandang perlu mengaitkan politik dengan agama, maka pertanyaan besar adalah ketika dipertanyakan pada umat islam yang memakai pandangan agama islam sendiri dalam politik, apakah tidak boleh? hanya yang bukan umat islam saja dapat menggunakan hubungan politik dan agama ini?????

    wassalamualaikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari tulisan saya diatas, tidak ada yang menyebut bahwa saya ingin memisahkan politik dan agama. Yang saya komentari disini adalah bagaimana warna warni cara manusia untuk mencapai tujuan agamanya secara politik. Sebelumnya perlu kita akui bahwa toh umat Islam juga gak satu suara kan dalam bagaimana cara menegakkan agama dalam politik. Setidaknya ada dua kelompok besar disini

      1. Kelompok trans nasional yang tak berbatas negara (sebagaimana agama), yang menganggap bahwa Islam yang kaffah hanya bisa dicapai dengan cara yang telah Rasul amalkan, dan tidak ada cara lain. Dengan demikian kelompok ini mengharamkan sistem pemerintahan dimanapun juga, menolak demokrasi, dan tidak ikut serta dalam pemilu

      2. Kelompok yang telah "berdamai" dengan sistem dan berusaha memperbaiki sistem dari dalam. Kelompok ini mengklaim sedang menegakkan Islam yang kaffah sebagaimana kelompok pertama (meskipun mereka masuk kedalam sistem yang dikatakan oleh kelompok satu sebagai haram), berpartisipasi dalam demokrasi dan menjadi peserta pemilu.

      Nah kalo kamu sendiri yang mana? Kalo kamu adalah yang pertama, tulisan saya diatas ya bukan untuk kamu. Saya gak bisa menilai dinamika politik jika belum ada wujudnya selain sebatas gagasan aja (apa ada yang gak tahu apa yang terjadi dengan Ikhwanul Muslimin saat realisasi gak semudah gagasan?). Dan kalau kamu adalah kelompok 2, saya cuma penasaran aja apakah Fahri Hamzah itu termasuk politikus yang sedang menegakkan agamanya?

      Dan tidakkah kamu pikir, sekalipun negara kita adalah negara berlandaskan Islam yang kamu "idamkan", akan selalu ada kelompok lain yang merasa "lebih Islam" daripada pemerintahan yang sedang berjalan. Itulah kenapa pemberontakan selalu berulang sejak zaman khulafaur rasyidin. Kenapa kita tidak bisa fokus saja pada pembebasan Palestina dan penegakkan keadilan di muka bumi daripada jargon "yang penting golongan saya"? Karena yang saya lihat di timur tengah sana, banyak pemimpin selama ini yang beragama hanya untuk mempertahankan kedudukannya saja tanpa bisa berbuat signifikan untuk Palestina. Padahal itu adalah nubuwah akhir zaman. Mungkin karena mereka sadar bahwa mereka bukanlah Imam Mahdi? Entahlah..

      Hapus