Kamis, 21 September 2017

Imam Mahdi dan Riba

Imam Mahdi dan Riba? Memang ada hubungannya ya? Entahlah, saya kira gak banyak yang membahas ini dan disini saya cuma mencoba untuk menjabarkan apa yang ada di benak saya sejauh ini. Soalnya sebelumnya ada orang yang menganggap saya cuma mengais benang-benang pendek dan memaksa menyambungnya demi merangkai teori yang saya inginkan. Sekarang kita lihat sependek apa benang yang sudah saya tarik. Dan ini adalah salah satu untaiannya. 


Imam Mahdi. Siapa yang gak kenal Imam Mahdi? Mungkin kalau non muslim wajar gak kenal istilah Imam Mahdi. Dalam Islam, garis kenabian dan kerasulan yang diturunkan sejak zaman nabi Adam telah berakhir pada nabi Muhammad sebagai the last prophet. Yahudi sudah menolak Yesus sebagai utusan Tuhan sehingga tidak mungkin mengakui nabi Muhammad - yang mengkonfirmasi kenabian Yesus - sementara Kristen banyak menganggap Muhammad sebagai nabi palsu. Yah, saya gak kan membahas jauh tentang itu, tapi pada intinya ketiga agama samawi ini memiliki redaksional yang sama. Dan bukan cuma redaksional, tetapi juga nubuwah yang serupa. Bahwa di akhir zaman akan ada kemunculan Dajjal atau dalam Kristen dikatakan sebagai antikristus, lalu kemudian nabi Isa/Yesus akan turun untuk mengalahkannya. Nah kalau dalam Islam, sebelum nabi Isa turun maka akan ada Imam Mahdi yang nantinya akan bersama nabi Isa untuk mengalahkan Dajjal. Imam Mahdi ini hanya manusia biasa karena garis kenabian telah berakhir, tapi perannya layaknya ratu adil ia akan membawa keadilan di dunia selamaaa.. 7 tahun saja dari satu riwayat yang saya baca. Setelah itu masa kemunduran terulang, lalu bam bim bum.. kiamat.. trus kita dibangkitkan kembali di dimensi lain, lalu antri di padang mahsyar, minta syafaat, masuk surga deh.. :P 

Ok.. enough with the heavenly talk, let's go back to earth 

Anyway, I'm a big fan of Imam Mahdi, you know.. hehehehe.. karena apabila ia muncul, akan lebih mudah bagi saya untuk menentukan siapa yang harus saya ikuti. Masalahnya nubuwahnya itu memang sudah ada, tapi representasi manusia kerap berbeda-beda, belum lagi bicara politik orang yang ingin berkuasa. Imam Mahdi saja masih diperdebatkan apakah ia adalah berupa sosok, ataukah hanya berupa spirit saja. Dan untuk ini, saya adalah bagian dari orang yang yakin bahwa imam Mahdi adalah sosok yang punya spirit.. hahaha. Dan bukan cuma imam Mahdi, Dajjal pun masih diperdebatkan apakah ia berupa sosok atau bentuk lainnya. Karena ada hadits yang berkisah bahwa Dajjal pada masa itu sedang dalam kondisi terikat di suatu tempat dan menunggu waktu untuk beraksi. Tapi kita musti aware terhadap semua kemungkinan kan? Karena saya juga pernah membaca buku yang mengulas keterkaitan organisasi freemason dan illuminati dengan Dajjal. Jadi benang merahnya adalah freemason, kapitalisme, imperialisme, amerika, israel. Dan melihat apa yang sudah mereka lakukan, saya yakin bahwa organisasi tsb lah yang dikatakan Dajjal. Mungkin masih ada orang yang akan mengangkat alisnya berkata "Amerika lagi?". Tapi suka tidak suka, itulah kebenarannya. Saya tidak mengatakan amerika secara keseluruhan ya, tapi organisasi di belakangnya yang mengendalikan politik amerika ratusan tahun yang mampu mengubah tatanan dunia melalui kapitalisme. Api serasa air, dan air serasa api. Apakah ini berlebihan? Kalau kamu pernah baca serial novel Robert Langdon, kamu mungkin akan percaya bahwa pengaruh organisasi itu memang sebesar itu. Lalu apakah gagasan ini cuma khayalan saya saja? Gak juga. Pada kenyataannya gagasan ini saya intisarikan juga dari dua organisasi Islam multinasional yaitu ikhwanul muslimin dan hizbut tahrir. Kedua organisasi ini mengecam imperialisme atas palestina dan selalu menempatkan kapitalisme sebagai musuh terbesarnya sebagai manifesto Dajjal (dan ternyata cuma sedikit membahas isu komunis lho). Diantara keduanya, ikhwanul muslimin yang lebih dulu berdiri dan mengalami banyak perjuangan berdarah saat otoritas Mesir berbalik melawannya. Dari palestina, hizbut tahrir yang berdiri beberapa tahun setelahnya lebih beruntung karena tidak perlu seberdarah itu. Mulanya keduanya memiliki prinsip yang sama untuk tidak masuk ke struktur pemerintahan, namun ikhwanul muslimin kemudian mengubah strateginya dengan memasuki parlemen. Yang pasti keduanya masih memiliki visi yang sama sedari awal : persatuan dan pendirian khilafah Islam. Sound ideal right? Ide tentang pendirian khilafah ini pernah menarik atensi saya. Ya, memang belum ada yang bisa menjamin apakah Imam Mahdi akan muncul setelah khilafah berdiri, tapi itu adalah langkah yang paling menjanjikan saat itu. Maksud saya: why don't we give it a try? 

Dan sejak didirikan lebih dari setengah abad lalu, beruntung saya bisa menyaksikan dinamikanya di umur hidup saya. Pada 2012, ikhwanul muslimin selangkah lebih maju dari hizbut tahrir dengan memenangkan pemilu dan mengantarkan Muhammad Mursi menjadi presiden Mesir secara demokratis. Saya sangat excited saat itu. Mungkin banyak umat muslim di dunia sebagaimana saya penasaran apa selanjutnya. Apa yang akan terjadi dengan palestina? Apakah umat Islam akan bersatu? Apakah setelah ini imam Mahdi akan muncul? Udah siap-siap merangkak di salju nih! Tapi sejarah berkata lain. Setahun kemudian Muhammad Mursi digulingkan melalui kudeta militer. Memupuskan harapan puluhan tahun lamanya yang sudah mengorbankan banyak nyawa. Membuat saya harus berpikir ulang, reboot, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Lumayan terpukul ya. Kalau komentar ustad fiqih di pengajian di kantor saya "kurang apa lagi coba? udah hafiz, jalan yang ditempuhnya bagus". Dan dari situlah saya simpulkan, bahwa sepertinya tidak akan semudah itu. Terutama jika Arab Saudi sebagai kekuatan terbesar di semenanjung Arab tidak memberikan dukungan. Dan alih-alih memberikan dukungan, Arab Saudi malah memberi selamat kepada Al Sisi, tokoh kudeta yang melanjutkan kepemimpinan ala Mubarak. Politic is just politic. No offense ya, itulah mengapa saya gak bisa paham bagaimana orang yang merasa sedang mendalami Islam, tapi berlebihan memuji kerajaan saudi. Bagi saya itu adalah benturan keras antara politik dan agama. 

Dan bagi saya, ada banyak hal yang lebih politik ketimbang agama. Bukan berarti saya memisahkan agama dan politik ya. Justru al Quran itu banyak berkisah mengenai politik, orang yang berkuasa pada suatu masa. Tapi kondisi yang terjadi sekarang adalah orang lebih dulu melihat pemimpin dari intensitas agamanya tapi kurang peduli bagaimana orang tersebut menjalankan politiknya. "Di arab nih ya Pak, fasilitas kesehatan itu gratis!" bunyi rekaman ceramah lokal yang saya dengar melalui megafon. Tapi adakah yang kritis darimana arab saudi selama ini mendapatkan uangnya? Perdagangan dengan amerika itu akan semakin mengukuhkan kekuatan negara tsb dengan investasi teknologi mereka, dan sebaliknya melemahkan posisi politik arab saudi yang udah terbuai lama dengan gratisnya fasilitas kesehatan mereka. Tinggal menunggu waktu hingga amerika menggerakkan bidak caturnya, seperti jatuhnya harga minyak dunia beberapa tahun lalu. Ini saya ambil garis besarnya aja ya, karena tiap negara memang ada isu domestiknya. 

Sementara kalau melihat politik dalam negeri.. yah agak ironi aja. Kalau mendengar komunis maka telinga umat muslim di indonesia akan bergerak, tapi tidak demikian halnya dengan kapitalis. Pemberontakan PKI itu memang adalah tragedi, tapi perubahan haluan politik ke blok barat saat orde baru adalah hal yang seharusnya bisa disadari juga. Dan sekalipun USSR sudah runtuh, komunis di negeri ini tetap dianggap lebih berbahaya dibandingkan kapitalis. Coba tanyakan ikhwanul muslimin apakah komunis ataukah kapitalis yang mereka anggap sebagai Dajjal? Dan tiba saat memilih pemimpin, sebagian elit politik di negeri ini lantas mengatas namakan persatuan Islam sedunia padahal nama yang diusung hanyalah politisi tetangga yang mungkin gak ambil pusing bedanya antara kapitalis dan komunis, yang penting ia berkuasa. Dan akhirnya rakyat cuma terjebak dalam pusaran politik domestik dengan ilusi membela agama. Saya pribadi, untuk pemimpin negeri ini sih gak berharap banyak. Saya gak mungkin mengkultuskan pemimpin negeri ini karena bagi saya kecil kemungkinan Imam Mahdi akan muncul dari Indonesia. Hari ini saya hanya mengharapkan pemimpin yang bersih karena negara kita sudah lama akrab dengan korupsi, yang mampu memberi keadilan pembangunan karena sejauh ini pembangunan belum merata, dan untuk internasionalnya tetap berupaya membebaskan tanah palestina. 

Dan untaian benang saya memang masih terputus ya. Saya masih belum punya petunjuk akan datang dari manakah Imam Mahdi. Dan kemungkinannya kembali kabur. Mungkin tidak akan instan. Mungkin tidak akan selinear yang kita kira. Mungkin Erdogan. Entahlah. Saya hanya tetap yakin bahwa musuh kita adalah Dajjal, yang itu berarti adalah kapitalisme yang sudah menghipnotis para pemimpin dunia, yang sudah memutarbalikkan fakta, dan yang kita lawan adalah kesewenang-wenangan organisasi berkuasa yang menyebabkan tragedi kemanusiaan Palestina puluhan tahun lamanya. Itu adalah nubuwah politik sekaligus agama pada akhir zaman. Apakah ada yang punya pendapat lain soal ini? Ceritakan pada saya 

Dan biarkanlah para elit politik dan agama saling klaim paling benar diatas sana. Sebagai rakyat sipil biasa, saya hanya berusaha menghindari jerat kapitalisme yang namanya riba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar