Jumat, 25 April 2014

Premi Aprilia

Tanggal 25 April 2012, dua tahun lalu dari saya menulis ini. Mungkin beberapa orang dari tempat saya bekerja dahulu masih ada yang mengingatnya. Hari itu adalah hari dimana bonus premi perusahaan mencapai angka tertingginya hingga tembus 90 %. Ya, 90 %! Angka yang bahkan tidak terulang lagi hingga terakhir saya meninggalkan perusahaan tersebut. Tak ayal ribuan orang termasuk saya saat itu pastinya tersenyum bahagia mendapatkan momen tersebut. Tapi saya? Saya punya senyum yang berbeda dengan kebanyakan orang saat itu.

Hari itu adalah hari dimana anakku menghirup nafasnya yang pertama.


Malam itu, terpisah jarak sejauh 300 km lebih antara Bukittinggi Perawang, tidak banyak yang bisa saya lakukan selain berdoa dan membacakan hafalan surah yaasiin yang saya janjikan untuk menyambut kehadiran anak kami. Berita itu datang saat tengah malam, ketika itu istri saya mengalami kontraksi dan diantar ke bidan. Selanjutnya saya tidak pernah tahu apa yang terjadi disana tetapi menunggu hingga pukul 4 pagi cukup membuat saya tertidur berkali-kali diantara doa saya. Khawatir? Tentu saja. Secara kasat mata, semua orang bisa menilai jika istri saya tidak memiliki fisik yang ideal - apapun artinya itu - untuk melahirkan. Bahkan beberapa orang ada yang sesumbar itu berkata didepan saya jika ia harus melakukan sesar saat melahirkan nanti. Whatever lah. Bagi saya, jika harus ambil jalan sesar sekalipun, ya tidak ada masalah (kecuali kenyataan bahwa uang kami tidak cukup saat itu.. heheh..). Namun yang lebih penting bagi saya adalah agar keduanya bisa selamat dan tidak kekurangan sesuatu apapun. Yang saya yakini dan selalu saya katakan pada istri saya adalah jika dirimu tidak punya daya yang banyak, maka berdoalah lebih banyak. Insya Allah diberikan jalan yang terbaik sesuai proporsi usaha dan kemampuan kita.

Dan alhamdulillah, anakku terlahir tanpa hambatan yang berarti, dan keduanya pun selamat. Tak ada yang lebih membahagiakan daripada mendengar kabar tersebut. Beberapa insiden kecil pun tak perlu kami hiraukan karena kami sudah cukup bersyukur untuk semua.

Dan tak terasa sudah dua tahun terlewati. Ghayda sudah tumbuh dari bayi yang bisa juling sendiri hingga kini anak yang suka baceok heboh sendiri. Masuk rumah membaca salam dan menjawabnya sendiri. Berterima kasih dan mengucapkan “sama-sama” sendiri. Tapi yang perlu ia tahu bahwa ia tidak akan pernah merasa sendiri, karena kami adalah orang yang akan selalu mendukungnya untuk terus berdiri hingga ia menentukan jalan yang akan ia lalui. Dan ia adalah bagian dari manifestasi aspirasi yang saya miliki. Kok semuanya jadi berakhiran "i"? hihihi..

Semoga kami mampu menjadi orang tua yang baik bagimu, nak. Mampu membesarkanmu untuk menjadi pribadi yang senantiasa amanah kepada Allah dan juga umat-Nya. Dan doakan walidmu ini agar bisa secepatnya melunasi hutang aqiqah-mu yang sudah cukup lama tertunda.

Selamat hari maulid anakku, Ghayda. This is dedicated for you and your wonderful mom. Semoga lekas sembuh juga ya. Masa hari maulid malah sakit.. :|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar